Akhir yang Indah untuk Mengawali Sebuah Keindahan yang Baru
sumber gambar: http://ullybako.blogspot.com |
Nopermber 2013,
memang sudah berlalu. Hanya saja, kesan yang terkandung pada hari terakhir
bulan tersebut seakan menjadi pelengkap keindahan puzzle bulan tersebut secara
utuh. Ini bukan tentang sebuah gejolak rasa yang bersifat sementara. Lebih jauh
lagi, ada sebuah pelajaran yang tidak saya dapatkan di bangku perkuliahan atau
bahkan seminar nasional sekalipun, karena hal ini berkaitan dengan kehidupan.
Ya, setiap orang memiliki
persepsi masing-masing akan kehidupan yang dijalaninya. Setiap orang juga berhak
mengekspresikan kehidupannya sesuai dengan apa yang dia inginkan.
Tapi, pernahkah kita berpikir bahwa
tidak semua orang dapat melakukan hal tersebut, atau (saya perjelas lagi),
tidak semua manusia memiliki kebebasan untuk mengonsep kehidupannya sesuai
persepsinya, mengekspresikan apa yang dia inginkan, atau bahkan mereka sama
sekali tidak mengenal apa itu kebebasan.
Malam itu saya belajar bagaimana
kerasnya hidup ini. Mungkin bagi sebagian orang terkesan tidak adil atau aneh,
ketika pada satu sisi ada orang yang menjalani kehidupan dengan dikaruniai
harta yang melimpah, meskipun usaha yang dilakukannya bisa dibilang biasa-biasa
saja atau bahkan hartanya didapat dengan cara yang tidak baik. Tapi di sisi
lain, ada sekelompok orang yang harus berjuang lebih keras lagi, untuk
menyambung kehidupannya meskipun hasil yang didapat sama sekali tidak mencukupi
bahkan hanya untuk makan dua kali dalam sehari.
Bagi beberapa orang (mungkin termasuk kita), masa anak-anak menjadi masa yang sangat mengesankan. Bagaimana tidak, pada masa tersebutlah kita bisa merasakan dengan bebasnya bermain tanpa harus memikirkan laporan yang harus dikumpulkan besok hari, atau ketika kita bisa bebas meminta sesuatu kepada orang tua kita semau kita tanpa pernah kita memikirkan bagaimana orangtua kita mendapatkannya, atau bahkan ketika kita masih bisa dengan lelapnya tertidur di rumah pada malam hari di atas kasur, tanpa perlu begadang menyelesaikan tugas atau memikirkan apa yang akan kita makan esok hari, karena sudah yakin bahwa orang tua kita pasti akan menyiapkan makanan untuk kita. Bisa jadi hal tersebut yang menjadi penyebabnya, atau hal-hal lainnya.
Namun, pernahkah kita memikirkan dan bertanya pada sekelompok anak yang lain, yang ketika malam hari tiba mereka justru harus tetap terjaga agar mereka dapat memastikan bahwa besok mereka bisa makan, atau ketika malam tiba, mereka justru harus keluar rumah dan meninggalkan tempat tidurnya untuk mencari uang hanya untuk memastikan bahwa Ibunya yang sedang sakit tidak perlu bekerja dan agar dia bisa mendapatkan uang untuk membeli makan keluarganya, atau bahkan mereka harus rela tidak bermain dan menghilangkan keinginannya untuk bersenang-senang karena memang mereka tidak memiliki waktu untuk melakukannya, atau mungkin mereka tidak memiliki uang untuk membeli apa yang diinginkannya.
Malu memang, ketika mereka harus meminta-minta kepada masyarakat yang sedang berkumpul atau bermain di keramaian. Hanya saja, mereka harus membuang rasa malu tersebut agar perut yang setiap hari mereka bawa tidak menambah beban penderitaan mereka. Jika ditanya ingin bekerja yang lebih layak, tentunya mereka juga mau. Hanya saja, badannya yang masih kecil, tulangnya yang masih rawan bahkan tenaganya yang masih begitu lemah sangat rentan sekali dan tidak memungkinkan untuk bekerja yang berat. Bahkan, justru bukan di sanalah seharusnya mereka. Mereka seharusnya belajar untuk masa depannya yang lebih baik. Mereka seharusnya di rumah untuk menyelesaikan PR yang mereka punya. Hanya saja, mungkin kita sendiri belum sepenuhnya tahu, apakah memang mereka sekolah? Atau apakah mereka sanggup membayar biaya sekolah dan tetap melanjutkan sekolahnya? Karena bisa jadi mereka pikir buat apa sekolah, jika hanya mengganggu waktunya untuk mencari uang. Sekali lagi, mereka bukannya tidak mau sekolah. Hanya saja, kemauan terkadang tidak sejalan dengan kenyataan. Mereka menyadari itu.
Mungkin, bagi beberapa orang beberapa hal yang disebutkan di atas terkesan aneh dan bisa jadi ada sebuah persepsi bahwa Tuhan tidak adil. Tapi percayalah, Allah itu Maha Adil. Tidak mungkin Allah menciptakan sesuatu secara dholim atau sia-sia. Segala yang diciptakannya memiliki hikmah dan sudah menjadi tugas kita (manusia), sebagai makhluk yang dikaruniai akal untuk mencari dan memikirkan hikmah tersebut.
Allah menciptakan mereka, salah
satunya agar kita dapat bisa mensyukuri apa yang telah Dia berikan kepada kita.
Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk sekolah, salah satunya agar kelak
kita bisa membuat mereka juga bisa sekolah seperti kita. Allah memberikan
kesempatan kepada kita untuk tertidur agar kelak kita bisa membuat mereka lebih
sejahtera sehingga tidak perlu mengemis lagi dan memiliki pekerjaan yang tetap.
Namun kemudian pertanyaannya, sudahkah kita memikirkannya? Sudahkah kita
mensyukuri apa yang kita miliki dan tidak selalu meminta lebih dengan semau
kita? atau sudahkah kita peduli kepada sesama kita sebagai bentuk rasa syukur
kita? Jika kita masih sulit menjawab pertanyaan tersebut, tanyakanlah
jawabannya pada anak kecil tadi, yang harus meninggalkan masa-masa anaknya,
agar perut yang senantiasa dibawanya setiap hari tidak menambah beban
penderitaanya.
...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar