Dinoflagellata Penyebab Harmfull Algae Blooms (HABs) : Dinophysis caudata
Fawaz Muhammad Sidiqi I
26020113130084
Ilmu Kelautan B, Universitas Diponegoro
Plankton
merupakan tumbuhan atau hewan laut yang hidupnya melayang, mengapung dan
mengambang di dalam air yang kemampuan renangnya kalupun ada sangat terbatas
dan dipengaruhi oleh arus. Berdasarkan fungsinya, plankton dapat dibedakan
menjadi empat jenis, yaitu Fitoplankton, Zooplankton, Bakterioplankton dan
Vibrioplankton (Nontji A, 2008).
Fitoplankton merupakan organisme-tumbuhan mikroskopik yang hidup
melayang, mengapung di dalam air dan memiliki gerak yang terbatas. Suatu
komunitas fitoplankton biasanya didominasi oleh jenis fitoplankton yang
memiliki ukuran lebih kecil dari 10 μm2. Perbandingan nutrien,
terutama nitrogen, fofor dan silikat terlarut dan zooplankton merupakan
beberapa hal yang menentukan dominasi suatu fitoplankton (Garno YS, 2008).
Fitoplankton terdiri dari lima kelas yaitu Bacillarophyceae, Chlorophyceae,
Cyanophyceae, Euglenophyceae, Pyrrhophyceae, sedangkan zooplankton terdiri dari
tiga kelas, yaitu Rhizopoda, Rotifera dan Crustacea (Amanta, R et al. 2012).
Harmfull
Algae Blooms
(HABs)
Harmfull Algae Blooms
atau sering disingkat HAB merupakan fenomena dimana mikroalga tumbuh secara
sangat lebat di laut ataupun di perairan payau, yang menyebabkan kematian pada
ikan secara masal, karena memiliki racun (toxin)
yang dapat mengkontaminasi makanan bahari dan juga dipersepsikan sebagai
pengganggu ekosistem (harmful). HAB
merupakan istilah lain yang digunakan untuk menyatakan fenomena redtide di suatu perairan (Kurniawan G,
2008). Beberapa spesies yang dapat menyebabkan HAB ialah Ceratium fucus, Ceratium tripos dan Dinophysis caudata (Aunurohim et
al., 2008).
Dinophysis
caudata
Dinophysis
caudata merupakan salah satu spesies yang termasuk ke dalam
kelas Dinophyceae. Berdasarkan data monitoring Dinas Kelautan dan Perikanan
tahun 2006, spesies Dinophysis caudate termasuk
dalam spesies yang berpotensi menyebabkan HAB tepatnya di perairan Sidoarjo.
Selain itu, spesies ini juga merupakan spesies yang bersifat toksik dari
kelompok dinoflagellata.
Klasifikasi
Dinophysis caudata ialah sebagai
berikut :
Kingdom : Protista
Divisi : Dinophyta
Kelas : Dinophyceae
Ordo : Dinophysiales
Genus : Dinophysis
Spesies : Dinophysis caudata
Figure 1. Dinophysis caudata,
living cell
Figure 2. D. caudata,
scanning electron microscope (SEM) image.
D. caudata memiliki
ukuran panjang antara 70 sampai dengan 170 µm dan lebar 37 sampai dengan 50 µm.
Dinophysis caudate merupakan
dinoflgellata yang uniseluler thecate
dengan bentuk sel yang laterally
compressed, memiliki bentuk hypotheca
yang besar dan epitheca yang kecil.
Umumnya memiliki 19 plates, mayoritas
terdiri atas empat plates pada
hypotheca, enam plates pada epitheca,
empat plates pada cingulum dan lima plates pada sulcus. Selain pada
hypotheca, di semua tempat plates ini
tidak terlihat.
Pada
bagian cingulum dan sulcus terdapat ekstensi yang transparan di kedua sisi yang
disebut lists, yang berukuran lebih
kecil di bagian cingulum dan berkembang di bagian sulcus. Sulcal lists umumnya
memiliki tiga buah ribs dan sulcal list bagian kiri memiliki ukuran yang
terbesar dibandingkan dengan yang lain. Sulcal lists merupakan salah satu
bagian identifikasi pada tahapan genus. Sedangkan anterior cingular lists,
berbentuk sorong dan merupakan tempat disembunyikannya ephiteca dalam pandangan
lateral view pada suatu sel.
Bagian
yang memiliki ukuran paling lebar biasanya berada pada bagian tengah, atau pada
bagian ketiga dari sulcal list. Bagian dorsal dari selnya berbentuk cembung,
sedangkan bagian ventralnya berbentuk lurus. Secara garis besar, morfologi dari
D. caudata memiliki variabel yang
bervariasi. Setidaknya terdapat 12 variasi dan bentuk yang berbeda yang telah
dideskripsikan dari berbagai tingkatan variasi validitas dan juga taksonomi.
Berbagai jenis variasi terkarakterisasi dengan panjangnya ukuran finger,
seperti posterior extension yang berakhir dengan ujung yang runcing.
Habitat dan Distribusi
Dinophysis caudata merupakan
spesies yang ditemukan hampir di seluruh bagian bumi baik di daerah tropis
maupun di daerah subtropis, kebanyakan berada di daerah estuarin dan perairan
pantai. Namun bisa jadi spesies ini ditemukan di luar perairan hangat misalnya
di perairan Norwegia, karena pengaruh transportasi arus.
Reproduksi
Secara
umum, fitoplankton dapat bereproduksi secara seksual dan asesksual. Hanya saja,
kelimpahan spesies mayoritas disebabkan oleh reproduksi secara seksual, karena
ketika pengopian DNA dilakukan oleh induk kepada anak, maka hasil dari
pengopian tersebut dapat diteruskan oleh sang anak kepada keturunan selanjutnya
melalui pengopian DNA juga (Kurniawan G, 2008).
Menurut
Reguera dan coworker (2007) perbedaan secara morfologi dari D. diegensis merupakan fase dimorphic
sexual dari D. caudata. Selain itu,
beberapa juga menjelaskan bahwa
morfologi dari spesies D. caudata merupakan
salah satu tahapan dalam siklus hidup, sehingga dapat menjelaskan mengenai
variabilitas morfologi.
Toksisitas
D. caudata merupakan
spesies yang bersifat toksik, bahkan beberapa strain dapat meneghasilkan
dinophysistoxin, PTX-2 (pectenotoxin) atau asam okadaic, yang semuanya dapat
berpotensi sebagai Diarrhetic Shelllfish
Poisioning (DSP) pada manusia dan juga dapat membunuh ikan besar.
Daftar Pustaka
Amanta, R., Hasan, Z., Rosidah. 2012. Struktur Komunitas Plankton di Situ Patengan
Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(3) :
193-200.
Aunurohim., Saptarini, D., Yanthi, D. 2008. Fitoplankton penyebab Harmful Algae Blooms
(HABs) di Perairan Sidoarjo. Biologi FMIPA. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember; Surabaya.
Garno YS. 2011. Kualitas Air dan Dinamika Fitoplankton di Perairan Pulau Harapan.
Jurnal Hidrosfir Indonesia. 3(2) : 87-94.
Nontji, A. 2008. Plankton Laut. LIPI
Press; Jakarta
Kurniawan, G. 2008. Dalam skripsinya : Studi Ekologi Kista Dinoflagellata Spesies Penyebab
HAB (Harmful Algae Bloom) di Sedimen pada Perairan Teluk Jakarta. Insitut
Pertanian Bogor; Bogor.
Website
: