Tentang Usaha (Ikhtiar) dan Rezeki Kita di Dunia
Ikhtiar (usaha) menjadi suatu kewajiba bahkan menjasi sunatullah (ketentuan) bagi semua makhluk di dunia ini untuk memenuhi kebutuhannya. Usaha tersebut tentunya berbeda-beda, tergantung kesanggupan dan kebutuhannya. Misalnya, ketika kita ingin membeli mobil, tentunya usaha kita akan berbeda, jika dibandingkan dengan teman kita yang mengnginkan motor.
Dalam kesempatan kali ini, penulis akan berusaha membagi pemahamannya mengenai usaha dan rezeki, dari pengalamannya yang berhubungan dengan kedua hal tersebut.
source : http://cbs-bogor.net/mencari-modal-bisnis/ |
Tapi, bukankah
justru kita mendapatkan pahala salah satunya dari usaha kita dan bukan dari
hasilnya? Bukankah Allah melihat usaha kita? Bukankah hanya Allah yang berhak
menentukan hasil, sementara tugas kitalah berusaha mendapatkannya?
Saya kurang
setuju, dengan cara-cara instan dalam mendapatkan sesuatu. Namun, bukan berarti
dalam semua hal. Bukan berarti karena itu tidak baik. Ini hanya persepsi saya
saja. Mengapa? Karena bagi saya, seorang itu dikatakan sukses bukan semata-mata
karena dia berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan.
Misalnya, ada
seseorang yang ingin membeli mobil dan rumah mewah. Dan beberapa minggu
kemudian, orang tersebut dapat membeli mobil dan rumah mewah yang diimpikannya,
dengan uang hasil mencuri.
Jika kita
melihat pada hasil, maka dapat dikatakan orang tersebut sukses. Karena dia,
mendapatkan apa yang dia harapkan. Namun, apakah cara yang digunakannya dapat
dibenarkan dan dibolehkan? Tentu saja tidak. Karena uangnya pun bukan hak
miliknya dan caranya pun melanggar hukum. Baik hukum Allah, maupun hukum
negara. Jadi, apakah orang tersebut dapat dikatakan sukses?
Ada dua syarat
utama kita dapat dikatakan sukses dalam kaidah islam. Pertama, hasil, dzat atau
tujuan yang kita capai adalah baik dan sesuai dengan ketentuan Allah. Kedua,
cara yang digunakannya juga baik dan sesuai dengan ketentuan Allah SWT.
Oleh karena
itu, lebih baik kita berusaha lebih lama dan lebih keras juga cerdas tapi halal
dan baik. Meskipun mungkin memerlukan waktu yang lebih lama dan bisa jadi
hasilnya tidak lebih banyak daripada yang lain, justru karena kerja itulah kita
akan mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah swt. Karena sesungguhnya
susah, lama dan kecil sebenarnya hanya persepsi kita saja. Bisa jadi, orang
lain justru menganggap sebaliknya.
Ingat, bukan
berarti tidak boleh menggunakan cara atau jalan atau usaha yang lebih mudah,
cepat dan nyaman. Jika memang sesuai dengan syari’at islam dan ketentuan yang
telah Allah tentukan, maka sah-sah saja. Misalnya dengan meminjam atau
mendapatkan warisan, dan sebagainya.
Kedua, masalah
rezeki. Allah SWT, memberikan rezeki kepada manusia dari arah yang tidak
diduga-duga dan bisa jadi dari sesuatu hal yang tidak kita sukai atau tidak
bukan kemampuan kita. Rezeki di sini bukan hanya materil. Istri yang sholehah,
kesehatan dan kemudahan dalam bekerja, merupakan beberapa contoh rezeki
lainnya.
Selain itu,
rezeki orang tentunya berbeda. Terlepas dari usaha yang dilakukannya, rezeki
yang telah Allah karuniakan kepada manusia, tentunya berbeda satu sama lainnya.
Misalnya, ada dua orang saudara kembar yang sejak kecil sekolah dan hidup pada
lingkungan yang sama. Kemudian, keduanya juga dididik dengan cara yang sama
juga dan dijaga dengan penjagaan yang sama juga. Namun, tentunya keduanya
memiliki istri yang berbeda, kemudian gaji nya pun bisa jadi berbeda, dan
anak-anaknya pun berbeda.
Atau bisa jadi,
ada dua orang yang bekerja pada perusahaan yang sama, kemudian bekerja dengan
jam yang sama dan istirahat pada jam yang sama juga. Namun, keduanya memliki
perbedaan gaji, karena berbeda jabatan.
Intinya, rezeki
setiap orang itu berbeda. Kita tidak sepantasnya iri dengan apa yang didapatkan
orang lain sedangkan kita tidak. Selalu ada hikmah dari setiap apapun yang
Allah ciptakan. Kita hanya harus menysukuri dan menikmati apa yang Allah
berikan. Karena insya-Allah, Allah akan memberikan sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan kita. Bahkan jika kita sudah pandai bersyukur, maka kita akan
mendapatkan hal yang lebih baik.
Terakhir,
sebagaimana usaha tadi, rezeki pun memiliki dua syarat utama yang harus
dipenuhi agar menjadi rezeki yang baik. Pertama, dzatnya baik dan sesuai dengan
ketentuan Allah SWT. Kedua, cara mendapatkannya juga baik dan sesuai dengan
ketentuan Allah SWT. Wallahu’alam
bishshowab.
artikelnya sangat bermanfaat.
BalasHapussouvenir gelas murah di blitar