Pages

Labels

slide

16 September 2013

Biografi Singkat Ki Hajar Dewantara



Sang Pendidik
[Perjuangan, Pengabdian dan Pengajaran dari Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara (1898-1959)]

“Ing ngarso sun tulodo, ing madyo mbangun karso, tut wuri handayani”.
Bagi para akademisi atau pun seseorang yang memiliki perhatian penuh terhadap dunia pendidikan Indonesia, tentunya tidak asing lagi dengan semboyan yang disebutkan di atas. Sebuah semboyan yang menggambarkan peranan yang harus diberikan oleh seorang pendidik kepada anak didiknya, sebuah semboyan yang menegaskan pentingnya seorang pendidik dalam pendidikan dan sebuah semboyan yang menyadarkan kita bahwa kita harus senantiasa berusaha menjadi seorang pendidik, apapun profesi kita nantinya. Tepatnya semboyan tersebut dilontarkan oleh seorang Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara.
Bagi yang belum mengetahuinya, mungkin akan timbul sebuah pertanyaan : Siapakah Ki Hajar Dewantara itu?, Mengapa sampai diberi gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional? atau Mengapa hari kelahirannya dijadikan sebagai hari pendidikan nasional?
sumber gambar : http://infoserayu12.blogspot.com/2013/04/ki-hajar-dewantara-tokoh-pahlawan.html
Ki Hajar Dewantara, memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Lahir pada tanggal 2 Mei 1889,  Beliau merupakan salah satu dari keturunan dari keraton Yogyakarta. Namun, pada umur 40 tahun (berdasarkan hitungan tahun caka), beliau menghilangkan gelar kebangsawanan di depan namanya dan mengubah namanya menjadi Ki Hajar Dewantara, agar dapat lebih dekat dengan rakyat.
Ki Hajar Dewantara adalah seorang tokoh pejuang kemerdekaan dan pendidikan di Indonesia. Disebut sebagai seorang tokoh pejuang kemerdekaan, karena beliau bersama yang lainnya (seperti Ir. Soekarno, Cipto Mangoenkoesoemo, Douwes Dekker), berjuang merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan Belanda dan Jepang ketika itu, melalui aktivitas sosial dan politik ketika itu. Disebut sebagai seorang tokoh pejuang pendidikan, karena beliau merupakan seseorang yang berjuang memberikan pendidikan bagi seluruh rakyat, baik dari kalangan priyayi maupun rakyat jelata di Indonesia.
Ki Hajar Dewantara, menamatkan belajarnya di ELS (sekolah dasar Belanda), dan sempat belajar di STOVIA (Sekolah Kedokteran Bumiputera) namun tidak menamatkannya karena sakit. Kemudian beliau aktif menjadi seorang wartawan di beberapa media massa ketika itu. Tulisannya yang komunikatif, tajam dan patriotik, dapat membangkitkan semangat kesatuan dan anti-kolonial bagi para pembacanya.
Pada tahun 1908, Ki Hajar Dewantara bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudi) dan Cipto Mangoenkoesoemo, mendirikan Indishe Partij (Partai Indonesia) yang merupakan partai yang beraliran nasionalisme pertama di Indonesia yang bertujuan memerdekakan Indonesia. Namun ternyata, Belanda tidak menyetujui (dengan tidak memberikan status badan hukum) partai tersebut, dengan alasan bersifat provokatif yang akan menimbulkan semangat kesatuan rakyat Indonesia untuk “mengusir” Belanda dari Nusantara ketika itu.
Meskipun tidak mendapat persetujuan dari Belanda, perjuangan ki Hajar Dewantara dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia terus berlanjut, dengan mendirikan Komite Bumipoetera pada November tahun 1913. Komite tersebut merupakan komite tandingan dari komite yang dibentuk oleh Belanda dalam rangka merayakan seratus tahun kemerdekaan Belanda, yang mengharuskan setiap kawasan jajahan Belanda (inlander), menyetorkan uang untuk penyelenggaraan perayaan kemerdekaan tersebut.
Salah satu yang paling mendapat perhatian, dari pergerakanya di Komite Boemipoetra, ialah dengan membuat tulisan yang berjudul “Als Ik Eens Nederlander Was” atau “Seandainya Aku S eorang Belanda”. Dalam tulisannya tersebut, Beliau menyampaikan kritiknya terhadap sikap belanda dalam memeras inlander untuk mengadakan sebuah acara yang tidak ada sama sekali hubungannya dengan inlander tersebut.
Setelah pihak Belanda mengetahui tulisan tersebut, mereka (yang diwakili oleh Gubernur Jendral Idenburg), ketika itu menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan kepada Ki Hajar Dewantara, dengan diasingkan ke pulau terpencil. Namun,  Ki Hajar Dewantara dihendaki untuk diasingkan ke Belanda. Berdasarkan pertimbangan lain, beliau memilih “dibuang” ke Belanda dibandingkan ke pulau terpencil di Indonesia. Sehingga, pada tahun 1913, beliau mulai diasingkan ke Belanda bersama teman-teman seperjuangannya yang lain
Ki Hajar Dewantara, tidak menyia-nyiakan kesempatannya untuk dapat mempelajari mengenai pengajaran dan pendidikan di Belanda. Bahkan, beliau pun mendapatkan gelar Europeesche Acte, yang merupakan sebuah ijazah yang sangat bergengsi ketika itu.
Akhirnya, pada tahun 1918 beliau dan teman seperjuangannya kembali pulang ke Indonesia dan memusatkan perjuangan beliau dalam memerdekakan Indonesia melalui jalur pendidikan. Kemudian, mereka, mendirikan Onderwijs Istitut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa), pada tanggal 3 Juli 1992. Tamansiswa ini merupakan salah satu bentuk aksi konkret mereka (terutama Ki Hajar Dewantara), dalam mengembangkan pendidikan di Indoesia.
Pergruruan Nasional Tamansiswa ini merupakan sebuah tandingan dari sekolah yang didirikan oleh Belanda. Sehingga, rakyat Indonesia ketika itu dapat merasakan pengajaran dan pendidikan tanpa memandang status sebagai rakyat biasa ataupun seorang priyayi. Karena semua golongan dapat bersekolah di sini, terutama rakyat jelata. Perguruan Nasional Tamansiswa juga memiliki semboyan, Ing ngarso sun tulodo, ing madyo mbangun karso, tut wuri handayani, yang menjadi semboyan pendidikan di Indonesia saat ini.
Setelah Indonesia meraih kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, beliau diangkat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan pertama Indonesia, dibawah Presiden Soekarno ketika itu. Kemudian, beliau juga sempat mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1957. Dua tahun setelah beliau mendapatkan gelar kehormatan tersebut, beliau menghebuskan nafas terakhirnya, tepatnya pada tanggal 26 April 1959 dan di makamkan di Taman Wijaya Brata, Yogyakarta.
Berkat perjuangannya dalam upaya memerdekakan Indonesia, beliau ditetapkan sebagai pahlawan Nasional, berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 305 tahun 1959, pada tanggal 28 November 1959. Selain itu, hari kelahirannya pun (2 Mei), dijadikan sebagai hari pendidikan Nasional, sebagai penghormatan dan penghargaan atas jasa beliau dalam dunia pendiidkan di Indonesia.
Ki Hajar Dewantara tentunya tidak hanya mendapatkan gelar secara dejure saja. Tapi, secara faktanya juga, Beliau merupakan seorang tokoh yang sangat menginspirasi, baik sebagai seorang wartawan, politisi maupun seorang  akademisi atau aktivis pendidikan.
Sebagai seorang wartawan, Ki Hajar Dewantara dapat menunjukan bahwa sebuah tulisan dapat dijadikan sebagai alat pemersatu bangsa, ketika tulisan tersebut bersifat konstruktif dan patrrioitik. Selain itu juga, keberanian beliau dalam menyampaikan pendapat demi tercapainya sebuah keadilan, meskipun ancamannya berat, sepantasnya dijadikan inspirasi oleh para wartawan saat ini.
Sebagai seorang politisi, Ki Hajar Dewantara seakan mengajarkan kepada kita bahwa kita bahwa kepentingan rakyat harus tetap menjadi prioritas utama, dibandingkan dengan kepentingan pribadi. Kemudian, setiap aksi konkret yang dilakukannya bersifat tulus, tanpa ada maksud pencitraan, mencari simpati atau hanya untuk mendapatkan pujian. Karena seperti yang disebutkan sebelumnya, Beliau menjadikan kemerdekaan dan kesejahteraan rakyat Indonesia sebagai prioritas utama.
Sebagai seorang aktivis pendidikan, Ki Hajar Dewantara adalah seorang representasi dari seorang pendidik yang baik. Karena berdasarkan semboyan yang beliau utarakan sendiri, bahwa seorang pendidik yang baik itu harus dapat menempatkan diri dan bersikap dengan tepat. Ketika berada di depan, maka seorang pendidik yang baik harus dapat menginspirasi datau menjadi contoh yang baik. Ketika berada di tengah, seorang pendidik yang baik harus dapat membangun semangat dan kepercayaan anak didiknya. Ketika berada di belakang, seorang pendidik dapat member dorongan kepada anak didiknya, dan semua hal tersebut ada pada sosok Ki Hajar Dewantara, Sang Pendidik.



Daftar Pustaka
Redaksi. 2012. Bapak Pendidikan Nasional. [online],Tersedia http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/1502-bapak-pendidikan-nasional [28 Februari 2012].

Ahira,Anne. 2012. Catatan Biografi Ki Hajar Dewantara. [online],Tersedia http://www.anneahira.com/catatan.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar